Korean Airlines 007 atau KAL007
Korean Air Penerbangan 007 adalah sebuah pesawat Boeing 747 yang
terbang dengan rute New York City, Amerika Serikat, menuju Seoul, Korea
Selatan. Pesawat tersebut ditembak jatuh oleh pesawat Uni Soviet karena
pesawat tersebut terbang di atas pangkalan militer Uni Soviet dan
kemudian jatuh di Laut Okhatsk, Uni Soviet, pada 1 September 1983.
Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 269 orang.
Hingga kini merupakan kecelakaan pesawat terbesar dalam sejarah Korea
Selatan.
Pesawat Korean Air Penerbangan 007 sedang dalam perjalanan dari New
York City ke Seoul. Pesawat tidak melewati jalurnya setelah mengontak
Traffic Control Alaska. Setelah menyadari melalui jalur yang salah, kru
pewasat mencoba mengembalikan jalur pesawat ke jalur yang benar. Saat
menyadari berada di jalur yang salah, pesawat ini berada di atas
pangkalan militer Uni Soviet. Radar Uni Soviet menunjukkan bahwa Korean
Air 007 adalah pesawat mata-mata.
Soviet lalu mengirim beberapa pesawat Sukhoi Su-15. Persenjataan
pesawat Sukhoi Su-15 tersebut salah satunya adalah rudal anti baja.
Sedangkan objek yang ditembak memiliki bahan dari alumunium. Akibatnya,
api kuning menyala di bagian belakang pesawat itu. Kemudian, pesawat itu
tidak seimbang dan pesawat itu terbelah menjadi dua bagian.
Sebelum jatuh, pesawat ini sempat mengontak ke Tokyo Control Tower
dan menunggu di sekitar Jepang. Pesawat lalu jatuh ke Laut Okhatsk 12
menit kemudian. Peristiwa ini menewaskan 240 penumpang dan 29 awak.
Menurut ATC, Korean Air 007 tak seharusnya melewati pangkalan Soviet.
Seharusnya pesawat ini melewati jalur Samudera Pasifik dan Jepang.
Pan Am 103
Pan Am Penerbangan 103 (juga dikenal sebagai pengeboman Lockerbie
atau bencana udara Lockerbie di Kerajaan Bersatu; dan juga disebut
tragedi atau musibah Lockerbie) adalah penerbangan harian Pan American
World Airways dari Bandara Internasional Heathrow, London ke Bandara
Internasional John F. Kennedy, New York. Pada 21 Desember 1988 pesawat
Boeing 747-100 terdaftar N739PA dan bernama “Clipper Maid of the Seas”
meledak di udara pada saat terbang di atas Lockerbie, Dumfries dan
Galloway, Skotlandia, ketika sebuah 340-450 gram peledak plastik
diledakkan di tempat kargo depan, memicu kejadian-kejadian selanjutnya
yang menuju kehancuran pesawat dengan cepat. Angin dengan kecepatan 100
knot (190 km/j) menyebarkan penumpang dan barang lainnya sepanjang 130
km. Dua ratus tujuh puluh satu orang dari 21 negara meninggal, termasuk
11 orang di atas tanah.Pengeboman Lockerbie yang mengejutkan penduduk
dunia ini merupakan perintah langsung dari pemimpin Libya, Kolonel
Muammar al-Gaddafi.
Musibah ini menjadi subyek pencarian kriminal terbesar Britania,
dipimpin oleh pasukan polisinya yang kecil. Dipandang sebagai
penyerangan terhadap Amerika Serikat (189 penumpangnya warga negara
Amerika Serikat), kejadian ini merupakan serangan paling menelan banyak
korban sampai Serangan 11 September.
Setelah investigasi selama tiga tahun oleh Constabulary Dumfries dan
Galloway Skotlandia dan FBI AS, pernyataan dari sekitar 15.000 saksi
mata dikumpulkan, tuduhan pembunuhan dikeluarkan pada 13 November 1991
terhadap Abdelbase Ali Mohmed Al Megrahi, seorang pejabat intelijen
Libya dan kepala keamanan untuk Libyan Arab Airlines (LAA), dan Al Amin
Khalifa Fhimah, stasiun manajer LAA di Bandara Luqa, Malta.
Sanksi Perserikatan Bangsa-bangsa terhadap Libya dan negosiasi dengan
pemimpin Libya Kolonel Mulazim Awwal Mu’ammar Muhammad Abu Minyar
Kaddafi yang menghasilkan diserahkannya terdakwa kepada polisi
Skotlandia di Belanda yang dipilih sebagai tempat netral pada 5 April
1999. Pada 31 Januari 2001 Megrahi dinyatakan bersalah atas pembunuhan
oleh suatu panel yang terdiri dari tiga hakim Skotlandia dan dijatuhi
hukuman penjara selama 27 tahun. Fhimah dinyatakan bebas.– Permintaan
banding Megrahi terhadap keputusan pengadilan atas dirinya ditolak pada
14 Maret 2002, dan permohonannya kepada Pengadilan Hak-hak Asasi Manusia
Eropa dinyatakan tidak dapat diterima pada bulan Juli 2003. Pada 23
September 2003 Megrahi mengajukan permohonan peninjauan kembali atas
keputusan Scottish Criminal Cases Review Commission (SCCRC), dan agar
perkaranya dilimpahkan kembali sebagai permohonan banding baru kepada
Pengadilan Tinggi/Mahkamah Pengadilan (High Court). Ia ditempatkan di
penjara Greenock dekat Glasgow,dalam rangka menjalani hukumannya, di
mana ia terus menyatakan dirinya tidak bersalah.
American Airlines 191
American Airlines Penerbangan 191 adalah sebuah pesawat McDonnall
Douglas DC-10-10 yang jatuh di kompleks perumahan Chicago, Illinois,
Amerika Serikat saat hendak lepas landas dari Bandara Internasional
O’Hare pada 25 Mei 1979. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya
yang berjumlah 258 orang dan 13 awak ditambah 2 orang di darat dan
hingga kini merupakan kecelakaan pesawat terbesar dalam sejarah Amerika
Serikat.
Pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari Chicago menuju Los
Angeles dan telah bersiap untuk lepas landas. Saat lepas landas
(tepatnya ketika rotate – menaikkan hidung pesawat ketika lepas landas),
mesin kiri pesawat terayun-ayun dan terlepas. Ketika terlepas, mesin
tersebut mengenai bagian depan sayap dan merusak sistem hidraulik
pesawat secara keseluruhan. Ketika menyadari apa yang terjadi, pilot
melambatkan kecepatan pesawat (kesalahan pelajaran sewaktu latihan)
mengakibatkan pesawat menjadi melayang miring ke kiri dan jatuh di
lapangan kosong dekat tempat parkir trailer di ujung landasan. Puing
puing mesin kiri pesawat ditemukan berceceran di landasan pacu sesaat
setelah pesawat tersebut jatuh.
Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan ini berjenis McDonnell Douglas
DC-10-10, yang dibeli baru oleh American Airlines tanggal 25 Februari
1972, dan telah terbang selama 7 tahun (20.000 jam terbang). Ditenagai
oleh 3 mesin General Electric CF6-6D. Kru Penerbangan 191 adalah Kapten
Walter Lux, berusia 53 tahun, pilot paling berpengalaman di American; ia
telah menerbangkan DC-10 sejak perkenalannya 8 tahun sebelumnya. Ia
memiliki 22.000 jam terbang, 3.000 diantaranya dengan DC-10. Ia juga
berkualifikasi untuk menerbangkan Boeing 727, Douglas DC-6, dan Douglas
DC-7. Kopilot James Dillard, berusia 49 tahun dan Mekanik Udara Alfred
Udovich, 56 tahun, juga berpengalaman dalam menangani DC-10, mereka
memiliki jam terbangn 1.830 jam dengan DC-10 (total masing-masing 25.000
jam terbang)
Investigasi menemukan bahwa mesin kiri sudah mengalami kerusakan
struktural sebelum kecelakaan. Ini disebabkan pihak American Airlines
merusak konstruksi pesawat (dengan memasang mesin kiri yang baru saja
diservis dengan menggunakan forklift sehingga merusak struktur penyangga
mesin, yaitu di sayap bagian belakang) saat diservis dengan alasan
cepat dan murah. Prosedur ini juga dilakukan oleh Continental Airlines.
Pihak penyelidik menemukan pesawat DC-10 Continental juga mengalami
masalah yang sama (adanya retakan akibat proses pemasangan mesin yang
tidak seharusnya). McDonnell Douglas, pembuat pesawat ini menyatakan
“tidak merekomendasikan proses ini karena faktor risiko yang tinggi” dan
memberi nasihat yang sama kepada American. Sebenarnya, terdapat satu
cara cepat lain yang lebih aman untuk pemasangan mesin pesawat DC-10 –
menggunakan derek sehingga lebih mudah untuk dikontrol dalam hal
memasang mesin ke dalam penyangganya. Prosedur ini dilakukan oleh United
Airlines. Pasca kecelakaan, American Airlines didenda oleh pemerintah
Amerika sebesar 500.000 dolar AS akibat kelalaian perawatan, yang
menyebabkan hilangnya nyawa seseorang atau banyak orang. Kecelakaan ini
juga memperburuk citra McDonnell Douglas DC-10, yang pada waktu itu
mengalami banyak insiden dan kecelakaan (salah satu yang terburuk adalah
Turkish Airlines Penerbangan 981 serta Air New Zealand Penerbangan 901,
yang jatuh pada bulan November tahun itu). Namun, penjualannya tetap
bagus dan mengalahkan pesaingnya Lockheed L-1011 Tristar(meskipun tidak
seperti yang diharapkan, terutama jika dibandingkan dengan Boeing 747).
Saham McDonnell Douglas jatuh sebanyak 20 persen setelah kejadian ini.
Tahun 1997, perusahaan ini diambil alih pesaingnya, Boeing.
Iran Air 655
Iran Air Penerbangan 655 merupakan sebuah penerbangan terjadwal oleh
Iran Air dari Tehran menuju Dubai, via Bandar Abbas. Pesawat tersebut
ditembak jatuh di Teluk Persia oleh misil Amerika Serikat.
Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh penumpang dan awaknya yang
berjumlah 290 orang dan merupakan kecelakaan terbesar sepanjang sejarah
penerbangan dunia pada tahun 1988.
Saudia 163
Saudia Penerbangan 163 adalah sebuah pesawat Lockheed L-1011 yang
mendarat di Riyadh, Arab Saudi sesudah penerbangan dari Karachi,
Pakistan. Pendaratan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah
287 penumpang dan 14 awak dan hingga kini merupakan kecelakaan pesawat
terbesar dalam sejarah Arab Saudi.
Saat pendaratan, pesawat mengalami kebakaran di bagian dalam kargo.
Mesin nomor dua mengalami kebakaran hingga beberapa penumpang tidak bisa
keluar dari pesawat tersebut.
Air India 182
Air India Penerbangan 182 merupakan sebuah penerbangan terjadwal oleh
Air India dari Montreal menuju London. Pesawat tersebut meledak dan
jatuh di Samudera Atlantik di Irlandia selatan.
Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh penumpang dan awaknya yang berjumlah 329 orang.
Turkish Airlines 981
Turkish Airlines Penerbangan 981 merupakan sebuah penerbangan
terjadwal oleh Turkish Airlines dari Istanbul menuju London via Paris.
Pesawat tersebut mengalami lepasnya pintu kargo dan jatuh di
Fontaine-Chaalis di Oise, Perancis.
Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh penumpang dan awaknya yang
berjumlah 346 orang dan hingga kini merupakan kecelakaan terbesar dalam
sejarah pengoperasian pesawat McDonnell Douglas DC-10.
Kazakhstan Airlines 1907
Disebut sebagai tabrakan udara Dadri Charkhi dan juga sebagai
tabrakan pesawat udara terburuk hingga hari ini, hal ini terjadi ketika
sebuah pesawat Air Kazakhstan (Penerbangan 1907) bertabrakan dengan
pesawat Saudi Arabian Airlines (Penerbangan 763) di atas desa Charkhi
Dadri di India , membunuh semua orang di kedua pesawat, dengan total
korban meninggal 349 orang. Pada akhirnya, kesalahan dikatakan
beristirahat dengan pilot Kazakh dan ketidakmampuan untuk mengikuti
instruksi.
Japan Airlines 123
Japan Airlines nomor penerbangan 123 mengalami kerusakan pada bagian
dari ekor pesawat sesaat setelah lepas landas, hal itu menyebabkan
pesawat menjadi tidak terkendali. Insiden ini disebabkan oleh kesalahan
perbaikan sekat tekanan belakang yang rusak, yang telah terjadi 7 tahun
yang lalu. kerusakan sekat tersebut kemudian memicu kerusakan sistem
hidrolik yang diperlukan untuk mempertahankan kontrol pesawat tersebut.
Kecelakaan tersebut menewaskan 520 orang, dan hanya menyisakan 4 orang
selamat. Kecelakaan ini tercatat sebagai kecelakaan pesawat tunggal
terburuk dalam sejarah.
Pan Am 1736
Kecelakaan terburuk dalam sejarah penerbangan terjadi ketika dua
pesawat Boeing 747 yaitu pesawat Pan Am Nomor Penerbangan 1736 dan
pesawat KLM nomor penerbangan 4805 bertabrakan di landasan pacu bandara
Tenerife. Hal ini terjadi ketika pesawat KLM berjalan tanpa izin di
satu-satunya landasan pacu bandara tersebut, pesawat tersebut kemudian
bertabrakan langsung dengan pesawat Pam Am yang meluncur di sepanjang
landasan pacu yang sama. Kondisi berkabut menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan visual dari salah satu pesawat ditambah dengan berbagai
instruksi radio yang membingungkan menyebabkan terjadinya kecelakaan
ini. Kecelakaan ini mengakibatkan kematian 583 orang.
Garuda Indonesia Penerbangan GA 152
Penerbangan GA 152 adalah sebuah pesawat Airbus A300-B4 milik Garuda
Indonesia yang jatuh di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten
Deli Serdang, Sumatra Utara, Indonesia (sekitar 32 km dari bandara dan
45 km dari kota Medan). Pesawat ini saat hendak mendarat di Bandara
Polonia Medan pada 26 September 1997.
Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 222
orang dan 12 awak dan hingga kini merupakan kecelakaan pesawat terbesar
dalam sejarah Indonesia. Pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari
Jakarta ke Medan dan telah bersiap untuk mendarat.
Menara pengawas Bandara Polonia kehilangan hubungan dengan pesawat
sekitar pukul 13.30 WIB. Saat terjadinya peristiwa tersebut, kota Medan
sedang diselimuti asap tebal dari kebakaran hutan. Ketebalan asap
menyebabkan jangkauan pandang pilot sangat terbatas dan cuma
mengandalkan tuntunan dari menara kontrol Polonia.
Namun kesalahmengertian komunikasi antara menara kontrol dengan pilot
menyebabkan pesawat mengambil arah yang salah dan menabrak tebing
gunung. Pesawat tersebut meledak dan terbakar, menewaskan seluruh
penumpang dan awaknya.
Dari seluruh korban tewas, ada 44 mayat korban yang tidak bisa
dikenali yang selanjutnya dimakamkan di Monumen Membramo, Medan. Di
antara korban jiwa, selain warga Indonesia, tercatat pula penumpang
berkewarganegaraan Amerika Serikat, Belanda dan Jepang.
SilkAir Penerbangan 185
Penerbangan 185 adalah layanan penerbangan komersial rutin maskapai
penerbangan SilkAir dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta,
Indonesia ke Bandara Changi, Singapura. Pada tanggal 19 Desember 1997,
sekitar pukul 16:13 WIB, pesawat Boeing 737-300 yang melayani rute ini
mengalami kecelakaan jatuh di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera
Selatan.
Seluruh 104 orang yang ada di dalamnya (97 penumpang dan 7 awak
kabin) tewas, termasuk pilot Tsu Way Ming dari Singapura dan kopilot
Duncan Ward dari Selandia Baru. Investigasi kecelakaan ini dilakukan
oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia bersama
dengan tim ahli dari NTSB Amerika, Singapura, dan Australia.
Pada tanggal 14 Desember 2000, KNKT mengeluarkan laporan yang
menyatakan bahwa penyebab kecelakaan tidak dapat diketahui
(undetermined). Namun, NTSB memiliki pendapat yang berbeda. Menurut
mereka, kecelakaan ini disebabkan oleh tindakan Kapten Tsu yang sengaja
menjatuhkan pesawatnya ke laut (bunuh diri).
Adam Air Penerbangan KI-574
Penerbangan KI-574 adalah sebuah penerbangan domestik terjadwal Adam
Air jurusan Surabaya-Manado, yang hilang dalam penerbangan. Mengoreksi
kekeliruan laporan sebelumnya, pesawat sampai saat ini masih berstatus
hilang.
Kotak hitam ditemukan di kedalaman 2000 meter pada 28 Agustus 2007.
Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 96
penumpang dan 6 awak pesawat. Pada 25 Maret 2008, KNKT mengumumkan
penyebab kecelakaan adalah cuaca buruk, kerusakan pada alat bantu
navigasi Inertial Reference System (IRS) dan kegagalan kinerja pilot
dalam menghadapi situasi darurat.
Mandala Airlines Penerbangan 091
Penerbangan RI 091 merupakan sebuah pesawat Boeing 737-200 milik
Mandala Airlines yang jatuh di kawasan Padang Bulan, Medan, Indonesia
pada 5 September 2005. Kecelakaan ini terjadi saat pesawat jurusan
Medan-Jakarta ini sedang lepas landas dari Bandara Polonia Medan. Dari
117 orang (112 penumpang dan 5 awak), penumpang selamat berjumlah 16
orang dan 44 orang di darat turut menjadi korban.
Penelitian awal yang dilakukan KNKT dengan tim investigasi National
Transportation Safety Board dari Amerika Serikat menemukan bahwa
terdapat kerusakan yang menyebabkan salah satu mesin pesawat tersebut
tidak bertenaga.
Namun, masih diselidiki apakah kondisi tersebut telah ada sebelum
atau sesudah pesawat terempas dan meledak. Selain itu, beberapa hari
setelah kejadian, muncul laporan yang menyebutkan bahwa pesawat tersebut
membawa kargo berupa durian yang berbobot 2 ton, sehingga hampir
mencapai batas berat maksimum yang mampu diangkut pesawat.
C-130H Hercules
Kecelakaan Pesawat C-130H Hercules 2009 adalah kecelakaan pesawat
menewaskan 98 orang penumpang dan 2 orang warga lokal, yang terjadi di
Indonesia pada 20 Mei 2009. Pesawat Hercules Angkatan Udara Indonesia
tipe C-130 Hercules membawa 112 orang (98 penumpang dan 14 kru) dan
kecelakaan terjadi pada 6:30 waktu lokal (23:30 UTC), penerbangan dari
Jakarta menuju Jawa Timur.
Pesawat menghantam daratan dan rumah sebelum mendarat di sawah, di
desa di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Pesawat berusaha mendarat di Bandar Udara Iswahyudi, tapi jatuh sekitar
5,5 kilometer barat laut. Pesawat meledak dan terbakar ketika jatuh.
Kondisi penerbangan dan cuaca dalam kondisi baik ketika terjadi
kecelakaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar