Selasa, 27 Oktober 2015

Cerita Rakyat Anak Sima

Hasil gambar untuk cerita rakyat anak sima

Cerita Rakyat Anak Sima


Anak Sima merupakan cerita rakyat masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Bagi masyarakat

Banjar, mendengar suara anak bayi yang tiba-tiba muncul di sekitarnya, bisa jadi merupakan jeratan

makhluk jahat yang biasa mereka sebut Anak Sima.

Anak Sima merupakan seorang anak yang suka memakan jantung manusia. Anak yang

menyeramkan ini sudah menjadi cerita rakyat dan diceritakan turun temurun dari waktu ke waktu.

Menurut cerita, suatu waktu ada seorang ibu yang memiliki anak bayi hasil hubungan terlarang.

Karena tidak ingin menanggung malu, wanita itu kemudian meninggalkan anak bayinya di sebuah

hutan terpencil.

Lapar dan merasa kedinginan, bayi malang yang ditinggalkan ibunya itu terus-menerus menangis.

Tangisannya tidak berhenti hingga berhari-hari. Sayangnya, tak seorang pun yang lewat di sana dan

mendengar tangisan bayi itu, sehingga bayi itu mulai sekarat.

Saat bayi itu hampir mati, sesosok Takau makhluk jahat yang berilmu tinggi di Kalimantan Selatan,

yang mampu mengubah wujudnya menjadi apa saja tanpa sengaja lewat di hutan tersebut.

"Oh Laparnya diriku. Bayi ini pasti enak bila kumakan" kata Takau dalam hati, sesaat setelah

menemukan bayi itu.

Takau kemudian mengangkat bayi itu. Namun ketika makhluk itu mengangkatnya, bayi itu langsung

menghentikan rengekannya. Melihat itu, Takau kemudian terkesima dengan anak itu. Dia terpesona

memerhatikan wajah lembut bayi mungil itu. Rambutnya ikal, hidungnya mancung. Sepasang mata

bulat dan bibir yang merah merekah, serta senyuman yang manis akhirnya membuatnya berubah

pikiran. Takau kemudian mengubah wujudnya menjadi manusia. Digendongnya lekat-lekat bayi itu

ke tubuhnya, untuk menghangatkan bayi yang kedinginan itu. Di dalam hatinya tidak ada lagi

keinginan untuk melahap bayi malang dalam genggamannya.

"Kubawa pulang saja bayi ini, cantik sekali. Aku jadikan anakku. Kusayangi dan aku pelihara"

Bayi itu akhirnya dinamakan Anak Sima oleh Takau. Anehnya, setelah bertahun-tahun merawatnya,

anak bayi itu tidak pernah bertambah besar bentuknya tetap seperti saat pertama kali melihatnya.

Mungkin karena anak itu dipelihara oleh Takau, yang memang memiliki ilmu gaib. Lama kelamaan,

anak bayi itu akhirnya memiliki kemampuan yang sama dengan Takau.

Takau dan Anak Sima lalu sering menelusuri hutan­hutan. Kadang-kadang anak itu digendong Takau.

Takau sangat menyayangi anak ini. Saat Anak Sima kelaparan, Takau akan mencari makanan

kesukaan anaknya. Makanan yang paling disukai Anak Sima adalah jantung manusia yang masih

hidup.

Ketika akhirnya Anak Sima hidup terpisah dari Takau, dia akhirnya harus mencari jantung manusia

itu sendiri. Karena memiliki ilmu seperti Takau, Anak Sima kemudian mampu menguasai ilmu

pemikat. Dengan tangisannya saja orang-orang yang mendengarnya akan berusaha mendekati asal

suara tangisannya. Mereka lalu akan merasa kasihan sekaligus sayang kepada Anak Sima, ketika

mendengar kata "Uma-uma" yang keluar dari mulutnya. Manusia yang terperdaya, kemudian tidak

mampu menahan keinginannya untuk tidak menggendong dan memeluk bayi mungil itu. Saat itulah,

Anak Sima biasa menyerang orang-orang tersebut dan menyantap jantungnya yang masih segar.

Suatu waktu ada seorang wanita tua yang pergi ke dalam hutan mengambil kayu bakar untuk bahan

bakarnya memasak. Ketika sedang mengumpulkan kayu-kayu bakar itu, wanita itu kemudian

terkejut tatkala mendengar sebuah tangisan bayi yang tak jauh dari tempatnya. Walau merasa aneh

mengapa seseorang meninggalkan bayinya di tengah hutan, dia malah tidak melanjutkan rasa

curiganya itu. Tangisan itu lalu membuatnya tergoda untuk mencari di mana keberadaan sang bayi.

Walau lelah, dia tetap berjalan mengikuti asal tangisan bayi itu.

Baru beberapa jauh melangkah, wanita tua itu menemukan seorang bayi tergeletak di tanah.

Diangkatnya bayi itu, dan seketika itu juga dia terpesona dengan kelembutan wajahnya.

"Uma" suara bayi itu memanggil seolah-olah wanita itu ibunya, dan juga langsung menghanyutkan

hati wanita itu. Rasa iba sekaligus sayang terpancar dari wajah wanita tua yang menggendongnya,

dipeluknya erat-erat bayi itu.

"Oh, kau seperti mengembalikan semangatku" kata wanita itu gemas. Saat itu juga, wanita tua itu

memutuskan untuk membawa pulang bayi malang yang baru ditemukannya. Anehnya, ketika

digendong dari depan, bayi itu selalu menolaknya. Bayi malang itu baru tenang ketika wanita tua itu

membopongnya dari belakang. Menuruti keinginan bayi itu, mereka mulai berjalan pulang ke rumah.

Namun, semakin jauh wanita tua itu melangkah, semakin dia merasakan perih dan berat

punggungnya. Wanita itu kemudian berpikir ada yang salah dengan dirinya, karena seharusnya dia

hanya memikul seorang bayi yang beratnya tak seberapa. Ketika dia menoleh ke belakang, betapa

terkejutnya wanita itu menemukan anak bayi yang tadi dipungutnya telah memakan sedikit demi

sedikit daging di punggungnya hingga membuat sebuah lubang yang besar. Dan dari lubang itu, anak

bayi itu langsung mencabut jantung wanita tua korbannya dan memakannya. Anak bayi atau Anak

Sima itu kemudian meninggalkan wanita tua yang sudah tak bernyawa itu begitu saja, dan berlari

masuk ke dalam hutan. Begitulah Anak Sima pertama kali mendapatkan korbannya.

Anak bayi pemakan jantung manusia itu terus menjerat orang-orang yang ditemuinya dalam hutan

dengan tangisan dan suara yang memikat hati yang melihatnya. Banyak korban akhirnya ditemukan

di dalam hutan setelah dimangsa jantungnya. Tubuhnya ditinggalkan dalam keadaan yang sama,

berlubang, dan jantungnya telah raib.

Cerita rakyat Anak Sima sangat menyeramkan. Konon, Anak Sima kini tidak hanya muncul di dalam

hutan saja. Namun, suara tangisannya kadang-kadang terdengar dari luar rumah, seakan memanggil-

manggil penghuni di dalamnya untuk menjemputnya.

Menurut cerita para orang tua dulu, apabila mendengar tangisan Anak Sima dan dia mengucapkan

"Uma", maka balaslah dengan kalimat "Aku lainan uma ikam. Uma ikam di sana, di kampung sana"

yang artinya, "Aku bukan ibumu. Ibumu ada disana, di kampung sana" Konon ketika mendengar

kalimat itu, maka Anak Sima akan segera pergi ke kampung yang disebutkan, sehingga pemilik

rumah bisa selamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar